Ini sebenarnya tugas TIK suruh buat power point, terus dikasih video. Gue ambil temanya GENESIS(Generasi Seni Smansa). tapi gue gag punya stok video genesis, jadi gue buat dulu dah.
Hasilnya? Hmm.... Jelek banget menurut gue. Gue kan masih awam, nggak bisa apa apa.
Huah!! Temen-temen kost lagi mulai hobi ngeblog lagi nih.. Gag mau kalah gue..
Hari ini ada cerita apa ya? Hmmm... Belum terpikir ada cerita lagi.
Oh iya!!! Tanggal 12 Januari gue pergi ke bali lho. Terus abis pulang ke Wonosobo, disuruh bikin recount. Cerita kali ini dari recount gue plus photo-photo aja ya!
Cekidot man!!
Art of Bali
On Tuesday (12/01) I and my friends visited Bali island. We set off in the morning at around 07.15. Before we went to Bali, we visited the SMA Batik 1 Surakarta to appeal study. Information and Technology in this high school was very good. Although private schools, but that school was always getting the most number of registrants in Surakarta students every year. After the appeal study was complete, we continued our journey to the Goddess island.
Finally, we arrived at Bali island. We went straight to the objects that have been planned. There was a lots of interesting objects, such as Tanah Lot, Kuta Beach, Tanjung Benoa, Garuda Wisnu Kencana, etc. But the object that I think the most interesting was when we saw art performance, titled "Barong and Keris Dance". Dance tell of the struggle between “ virtue "against the" falsehood ". Barong was a mythological creature that symbolizes the "virtue", while Ragda was creatures symbolizing "falsehood".
At the opening, the barong was relaxed in the forest. But he was disturbed by the monkey, his friend. A few moments later, came the three masked men who made trouble and damage in the quiet forest. But the monkey managed to win against them, even cut one of them’s nose.
Istirahat dulu bacanya. Liat ni foto:

In the first round, two dancers who are Ragda’s followers appeared. They were looking for Dewi Kunti’s followers, who was on his way to meet her grand vizier. Two female dancers were dancing until audience in awe. Admiration was not over. Constant admiration came until we went home from the island of Bali.
Then in the second round, Dewi Kunthi’s followers arrived. Some time ago, one of Ragda’s followers turned into a demon. He stuck evil spirits to Dewi Kunthi’s followers, and cause them to become angry. Both saw the grand vizier and jointly meet Dewi Kunthi.
In the third quarter, tightness continued. Dewi Kunthi and her son, Sahadewa appeared. Dewi Kunthi had promised to Ragda for hand over Sahadewa as sacrifice. Actually Dewi Kunthi was not willing to sacrifice his son. But the evil spirit of Satan entered him, so Dewi Kunthi could be angry and intended to sacrifice his son, and ordered to her grand vizier for remove Sahadewa into the woods. And the grand vizier did not escape the eyes of Satan. Grand vizier who was possessed by evil spirits, took Sahadewa into the woods and tied in front of the Ragda’s Palace.
Round four was the happiest phase. When Sahadewa tied, Siva downed and gave eternity to Sahadewa. Eternity was not known by Ragda. Then, ragda came to shreds and killing Sahadewa. However Sahadewa can not kill because immunity was awarded the god Shiva. And finally, Ragda surrendered to Sahadewa and begged to be saved so that he got in to heaven. The request was fulfilled by Sahadewa, and Ragda get to heaven.
And at the end of the quarter, there was a battle. Ragda’s follower named Kalika was facing Sahadewa. But the rejection had caused the fight. Kalika transformed into the Warthog. Sahadewa win in a match with the Warthog. Since the defeat, Kalika turned into birds. But Sahadewa still became winner. Kalika eventually turned into Ragda. Because the power of Ragda was too great, Sahadewa could not kill him. And finally Sahadewa turned into Barong. Because the power of Barong and Ragda same, then there was no winner in this battle.
Sambil istirahat, liat dulu ni foto:
The show closed with keris stabbed to some players. However, the keris curved. It symbolized immortality and eternity of the struggle between righteousness and falsehood. Where there is a falsehood, virtue will always be against it.
That was the most famous performances in the island of Bali. After witnessed these performances, I saw many differences in the performance of Java and Bali islands. Example was in female dancers in costume. If on Java, the abdomen is made lower than the chest. But on Bali, the abdomen is made level with the chest. The other was the Barong. Java’s Barong had a back flat. But on Bali, Barong has a curve to touch the ground in the middle. Bali’s Gamelan is more aggressive than Java’s gamelan.
In addition to enjoyed the fresh air of Bali, I learned a lot. From religious who attached to life, until trade who very hard. Three days and two nights was very fast. I think we just were in Bali Island for a day. But in Saturday, classes have been completed. After parted with Bli Somat, our guide, we returned to Wonosobo, the most convenient place.
Dan itulah akhir dari semua kisah di bali. Tapi Wonosobo lebih bagus daripada bali. I swear, coz i lup Wonosobo.
Hey kawan-kawan!
Jumpa lagi dengan orang paling menjijikan di dunia ini!
ha...ha...ha...ha...
Gue cuma mau bagi-bagi cerita nich!
Kemarin Jum'at(01/01) gue sama teman-teman teater gue pergi ke desa Giyanti, desa kecil di Kabupaten Wonosobo yang semoga tetep ASRI. Walaupun hanya desa kecil, namun keberadaannya diakui di Wonosobo, karena budaya dan adatnya masih terjaga sampai sekarang.
Nah, waktu kita sampai di sana, kita datang sebagai tamu undangan mewakili SMAN 1 Wonosobo tercinta. Sebenaranya undangan ini untuk karawitan, tari, dan teater. Tapi entah karena apa, yang berangkan hanya segelintir anak dari teater. Takapalah, yang penting bisa cari ilmu dan nambah pengalaman. Saat kami tiba disana, suasana di desa tersebut sudah sangat ramai. Eh, gue lupa nyebutin acaranya apa. Acaranya adalah "Nyadran Suro". Acara tersebut adalah dalam rangka untuk memperingati tahun baru Jawa(maaf, gue bilang Jawa, bukan Islam, coz ini di Jawa, dan pakai kalender Jawa. Walaupun gue muslim). Disana ada berbagai macam acara yang dimulai dari malam tahun baru, hingga malam Sabtu. Nah, kebetulan saat kami datang sedang ada acara ritual di pemakaman. Namun para pengunjung tidak diijinkan memasuki area makam, sehingga kami menanti di gerbang makam. Setelah ritual selesai, arak-arakan dimulai. Arak-arakan ini sangat unik menurut gue yang nggak pernah lihat upacara adat. Ketika para sesepuh desa, pemain seni tari Barongan, dan beberapa orang yang membaya boneka yang kemungkinan adalah boneka leluhur(karena saya tidak mewawancarai mereka, jadi tidak tahu) keluar, mereka diikuti oleh dua anak yang membawa ondel-ondel dan pemain kuda lumping yang sudah stand by sejak awal. Kemrudian para pengunjung baru bisa mengikuti mereka dari belakang. Mereka berputar mengelilingi desa dan menuju ke sanggar seni Kertojanti. Para sesepuh menuju ke pohon besar yang terdapat di samping sanggar untuk berdoa, kemudian pemain seni tari Barongan dan Kuda Lumping menunjukkan kebolehannya di jalan depan sanggar tersebut. Wah, yang saya tunggu-tunggu adalah kesenian yang sudah populer, namun yang ini merupakan versi jaman dulu atawa versi aslinya. Tak lain dan tak bukan adalah............
Jeng..jeng..!! Tari Lengger Rikala Jaman Rumiyin! Tari lengger yang sebenarnya adalah tarian pria yang menyamar menjadi wanita, kini bisa ku lihat dengan kedua mataku ini. Akhirnya sekarang gue pernah melihat lengger yang asli. Pada jaman sekarang, lengger dibawakan oleh penari wanita, jadi gue sempat takjub kepada sang penari.
Setelah melihat kesenian tradisional yang mengagumkan, disana dibagikan makanan yang diletakkan di sepanjang jalan dan makanan tersebut dimakan bersama-sama. Mungkin kalau kau melihat acara ini, ada baiknya kalau membawa tas untuk menampung makanan. Hehehe...
Tapi buat tamu undangan juga ada makanan serupa, namun tidak untuk direbutkan dan disajikan di atas meja. Setelah puas melihat sekitar, berfoto-foto, dan hari yang sudah menjelang waktu untuk shalat Jum'at, kami pun pulang menuju SMAN 1 Wonosobo. Yang cowok pun langsung berlari menuju masjid karena hampir telat.
Fyuh! Akhirnya kita bisa juga. Dan itu merupakan hari yang indah untuk dikenang.
mau liat foto2nya? Lihat di FB gue, di album nyadran suro.
Eh, kalau kalian penasaran tentang acara tersebut, tunggu liputan acara tersebut di acara Si Unyil, karena acara tersebut diliput oleh TRANS 7, khususnya sama unyil, walaupun kameramannya bukan unyil. Hehehe... Pantengin aja tuh si unyil di trans 7.
jam dinding pun tertawa
Sekilas tentang kami
- XI IPA 1 Present
- Menuntut akan kebutuhan siswa-siswi SMAN 1 Wonosobo, kami mendapat tugas untuk mengembangkan blog kami untuk proses pembelajaran.
